ADU KEKUASAAN?

Baca: Kejadian 16:1-16


Bacaan tahunan: Bilangan 12-13

Nasihat Jawa kuno berbunyi: Ing lakon omah-omah ora ana menang kalah, yen ana sing kalah, sakabehe padha kalah (Dalam kehidupan rumah tangga tidak berlaku menang dan kalah; jika ada yang dikalahkan, sesungguhnya yang kalah adalah semua).

Tak sabar menanti pemenuhan janji Tuhan dan tidak tahan untuk segera mengendalikan hidupnya ke arah yang dikehendaki, Abram dan Sarai menempuh jalannya sendiri. Sarai memberi kuasa untuk Abram menikahi budaknya, Hagar, demi mendapat keturunan. Setelah menjadi istrinya, Hagar dalam kekuasaan Abram. Sesudah mengandung, Hagar merasa punya kuasa untuk "merendahkan" Sarai. Geram dan merasa dilecehkan, Sarai menyudutkan suaminya demi mengambil alih kembali kuasanya atas Hagar. Bandul pun berayun. Ditindasnya Hagar sampai ia melarikan diri. Terjadi ajang adu kekuasaan dalam keluarga itu. Namun, lihatlah-sebagai korban paling lemah-Hagar dibela oleh Dia yang Mahamelihat. Yang Mahakuasa.

Episode adu kekuatan sering terjadi dalam keluarga. Suami ingin menang sendiri. Istri menekan suami. Orangtua otoriter sok main kuasa. Anak sok jago berontak melawan bapanya. Adusiasat. Perang dingin. Tak jarang terjadi perang terbuka. Kekerasan dipraktikkan. Dendam dipupuk. Saling ingin mengalahkan. Korban berjatuhan. Lihatlah Tuhan! Sang Empunya segala kuasa menggunakan kuasanya untuk melindungi dan menolong yang lemah. Bukankah demikian seharusnya cara kita menggunakan kuasa terhadap siapa pun? --PAD/www.renunganharian.net


JIKA KUASA DI TANGAN DIPAKAI UNTUK MELINDUNGI DAN MELAYANI, TIDAK ADA PIHAK YANG DIKALAHKAN DAN JADI KORBAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media