SABAR DAN PEMAAF

Baca: Lukas 15:11-24


Bacaan tahunan: Ayub 9-12

Sangat memprihatinkan ketika kita menyaksikan anak-anak kita terjerumus kepada hal-hal yang buruk. Sebagai orangtua mungkin tidak kurang-kurangnya nasihat dan perhatian kita berikan. Namun pada akhirnya tetap saja-saat mereka berpikir dirinya telah cukup dewasa-memilih jalan yang dipikirnya baik. Sampai kita tahu bahwa anak-anak kita telah terjerumus pada hal yang begitu memalukan. Apa reaksi kita?

Kita mencoba membayangkan apa yang dirasakan ayah dalam Alkitab ini ketika menyaksikan anak bungsunya itu menjual harta warisannya dan pergi memboroskannya di negeri yang jauh. Sedih, marah, jengkel, tentu reaksi yang normal. Tetapi Ayah ini sabar. Ia cukup sabar untuk tidak mengejar anaknya ketika anak itu pergi. Ia sabar untuk menunggu sampai anaknya sadar. Ia cukup sabar untuk tidak menuntut permintaan maaf dan menunggu sampai anaknya menunjukkan pertobatannya. Ayah ini juga pemaaf. Ia menghabiskan banyak uang, waktu, kasih, dan reputasi bagi anaknya, dan sekarang semua investasi itu lenyap. Namun ayah ini cukup pemaaf untuk mempercayakan cincin pusaka keluarga kepadanya waktu anaknya itu pulang dalam keadaan sangat kotor! Ya, ia tidak mungkin mempercayai anaknya sebesar itu tanpa memaafkannya!

Sebagaimana kesetiaan ayah ini pada anaknya yang pemberontak, kesetiaan Allah pada kita adalah teladan yang layak kita ikuti dalam hubungan kita dengan anak-anak kita. Anak-anak bisa saja melakukan kesalahan dan sangat menyakiti kita. Di tengah keprihatinan kita, kiranya kita memiliki hati yang cukup sabar dan luas untuk memaafkan apa pun kesalahannya. --SYS/www.renunganharian.net


INILAH HATI BAPA: NYAWA-NYA PUN BAHKAN TIDAK DISAYANGKANNYA DEMI AGAR CINCIN KELUARGA ITU BISA DISEMATKAN-NYA PADA JARI KITA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media