SAHABAT ATAU MUSUH ALLAH?

Baca: Yakobus 4:1-4


Bacaan tahunan: Kejadian 46-48

Seorang wanita yang belum percaya menghadiri sebuah retret kaum muda. Saat sesi berlangsung, sang pembicara mengundang orang-orang yang pernah mengalami pelecehan seksual untuk maju dan didoakan. Ia terkejut karena cukup banyak yang merespons altar call tersebut. Apa yang dilihat oleh wanita tersebut menjadi momentum perubahan dalam hidupnya. Ia berpikir, "Betapa rusaknya kondisi dunia ini. Kalau begitu, saya tidak mau ikut dunia, tetapi saya mau ikut Yesus!" Sejak hari itu, ia berkomitmen untuk percaya dan sungguh-sungguh mengikut Kristus.

Kondisi dunia semakin buruk. Namun, orang percaya dipanggil untuk tidak "bersahabat" dengan dunia ini, lewat gaya hidup yang bertentangan dengan firman Allah. Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Ini tidak berarti kita harus hidup terasing atau menyendiri. Tindakan menghindari persahabatan dengan dunia dapat dimaknai dengan menjaga hati supaya tidak terpaut pada perkara-perkara duniawi. Mengapa? Sebab perkara-perkara duniawi selain dapat memudarkan kasih kita kepada Allah, juga dapat membuat kehidupan seseorang berfokus pada sesuatu yang fana. Rick Warren pernah berkata bahwa kehidupan yang dijalani di bumi ibarat gladi bersih atau persiapan untuk masa kekekalan.

Sampai hari ini, Allah masih mencari orang-orang yang hatinya semakin melekat kepada-Nya, supaya daya pikat duniawi semakin melemah, bahkan menjadi tak menarik lagi untuk diikuti. Apakah kita ingin menjadi sahabat atau musuh Allah? Pilihan dan keputusan ada di tangan kita. --GHJ/www.renunganharian.net


PERSAHABATAN DAN PERMUSUHAN DENGAN ALLAH TAK DAPAT BERJALAN BERSAMA-SAMA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media