AH, SEMPAT-SEMPATNYA!

Baca: LUKAS 18:9-14


Bacaan tahunan: Keluaran 23-25

Bunda Teresa pernah berkata, "Sehari yang kita lalui tanpa berbuat baik kepada sesama adalah hari yang tak layak untuk dihidupi." Ya, berbuat baik adalah salah satu kebajikan dan keluhuran yang utama dalam hidup manusia. Semua agama mengajarkannya. Semua pendidik menganjurkannya. Orang tua yang sehat menasihatkan kepada anak-anaknya. Bahkan hati nurani kebanyakan orang membisikkan pesannya.

Sebenarnya kaum Farisi adalah orang-orang yang tahu berbuat baik. Sangat tahu. Bahkan mereka melakukan kewajiban-kewajiban agama dengan rajin. Masalahnya, mereka melakukan kebaikan itu sambil menikmati kenyataan bahwa orang lain tidak melakukannya, atau, setidaknya, tidak melakukannya sebaik (menurut anggapan) mereka. Itulah yang di mata Tuhan Yesus merupakan kekeliruan besar!-sebagaimana tecermin dalam perumpamaan yang diceritakan-Nya. Lihatlah, sementara menghadap Tuhan pun si Farisi ini masih sempat menengok ke arah seorang pemungut cukai, lalu menonjolkan kebaikannya dibanding orang itu (ay. 11). Ah, sempat-sempatnya!

Seorang teman pernah berkelakar begini, "Orang pasti senang mendengar Anda berbuat baik, sepanjang itu tak melebihi dirinya." Dunia ini memang aneh. Berbuat baik pun dijadikan ajang pembuktian siapa yang lebih baik. Malahan ada yang berbuat baik dengan diiringi nafsu untuk membuat orang lain tampak jelek. Padahal Tuhan tak pernah memaksudkannya begitu. Berbuat baik yang sejati tak memerlukan pembenaran dari keburukan orang lain. Berbuat baik, titik. Tuhan melihatnya. Sesama merasakannya. --PAD/www.renunganharian.net


APALAH ARTINYA PERBUATAN BAIK APABILA DILAKUKAN DENGAN MENERTAWAKAN KEBURUKAN SESAMA?


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media