SAAT MERASA HANCUR

Baca: YEREMIA 18:1–17


Bacaan tahunan: Ayub 17–20

Daud diurapi menjadi raja namun harus hidup dalam pengejaran Saul. Hosea dipakai Allah sebagai nabi, tetapi harus memperistri seorang wanita sundal. Ayub orang yang saleh, namun ia diuji dengan penderitaan berat. Yusuf mendapat petunjuk bahwa ia akan menjadi yang terbesar dari semua saudaranya. Namun ia dijual sebagai budak, bahkan harus merasakan hukuman penjara.

Daud, Hosea, Ayub dan Yusuf adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Namun tidak berarti bahwa mereka bebas dari pergumulan. Masing-masing dari mereka bahkan diperhadapkan dengan persoalan yang rumit, melelahkan dan menguras emosi. Ibarat tanah liat, mereka dibanting-banting dan dihancurkan, sebelum dibentuk menjadi bejana yang indah.

Tuhan ibarat tukang periuk, yang berhak menghancurkan bejana yang rusak. Sedangkan kita, manusia berdosa, ibarat bejana yang rusak itu. Tuhan Allah memiliki kedaulatan secara utuh atas diri kita. Dia dapat membentuk kita menjadi seperti yang diinginkan-Nya. Peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, menyesakkan dan menguras emosi itu mungkin membuat kita merasa hancur. Meski demikian, semua itu sesungguhnya hanyalah sarana yang dipakai Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan rancangan-Nya.

Bukankah kesabaran teruji jika kita berhasil menjalani proses yang tak mudah? Dan kesetiaan teruji saat situasi tidak baik-baik saja? Pun pengenalan kita akan Tuhan, akan semakin dalam ketika kita mengalami-Nya secara pribadi. Karena itu, kita membutuhkan pergumulan sebagai sarana berproses.
-EBL/www.renunganharian.net


SESULIT APA PUN, TUHAN TIDAK PERNAH BERMAKSUD MENGHANCURKAN KITA. IA SEDANG MEMBENTUK, MEMPERBARUI HIDUP KITA MENURUT RANCANGAN-NYA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media