Alkitab, Renungan Harian, Ayat Emas, Pujian...
Baca: MATIUS 18:21-35
Bacaan tahunan: 2 Samuel 19-21
Nelson Mandela, pejuang antiapartheid (gerakan antidiskriminasi warna kulit) di Afrika Selatan, pernah menulis, "Orang itu belajar untuk membenci dan berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik dan mengasihi orang lain seharusnya sudah sejak semula dapat dilakukannya." Seturut dengan itu, ia dapat mengampuni orang-orang yang telah melakukan kejahatan terhadapnya dan melakukan berbagai tindakan pelanggaran hak asasi manusia kepada warga kulit hitam di Afrika Selatan. Ia pun mendorong terjadinya rekonsiliasi tanpa syarat antara warga kulit putih dan kulit hitam.
Bukan hal yang mudah untuk mengampuni orang lain yang telah melakukan kesalahan kepada kita, apalagi sampai menyakiti hati sedemikian rupa. Sakit! Susah melupakannya! Timbul pula pemikiran, "Kenapa harus saya yang lebih dulu mengampuninya? Bukankah harusnya orang itu dulu yang minta maaf kepada saya? Kenapa juga saya harus mengampuni dia? Apa untungnya buat saya?" Tentu saja, pemikiran seperti ini bukanlah pemikiran seorang Kristiani yang telah lahir baru dan menghayati betul hidupnya ada di dalam pengampunan Allah di dalam karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Butuh kerendahhatian untuk dapat berbesar hati memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita, lalu hidup dalam perdamaian dengan semua orang termasuk mereka yang bersalah kepada kita.
Pilihan hidup seperti inilah yang Tuhan kehendaki, yaitu dapat memberikan pengampunan "tujuh puluh kali tujuh kali". Pengampunan tanpa batas sebagai perwujudan dari hidup yang menghayati dan mensyukuri pengampunan yang telah diterima dari Allah. Pengampunan dan maaf tanpa syarat yang muncul dari hati dan hidup yang telah diperdamaikan oleh Allah dalam diri.
-AAS/www.renunganharian.net
MENGAMPUNI ORANG LAIN MEMANG TIDAK MUDAH, TETAPI ITULAH KEHENDAK TUHAN DARI KITA ANAK-ANAK-NYA
Please sign-in/login using: