DALAM BALUTAN KEWAJARAN

Baca: 2 SAMUEL 11:14-17


Bacaan tahunan: Mazmur 120-125

Israel sedang berperang. Daud, yang mengingini Batsyeba, menyuruh Yoab menempatkan Uria, suami Batsyeba, di medan paling gawat, "... supaya ia terbunuh" (ay. 15). Ketika Yoab menyampaikan instruksi kepada Uria, pasti banyak perwira Israel mendengar. Namun, tak seorang pun heran karena penempatan prajurit hebat di medan yang berat itu lazim dan wajar. Mereka pun pasti menilai wajar ketika Uria gugur. Gugur dalam perang itu wajar, ‘kan? Dan, itulah yang Daud mau: merekayasa segalanya agar orang menilai bahwa semua lazim dan wajar, bukan?

Sebagai raja, tindakan Daud memberi instruksi kepada Yoab pasti tampak lazim dan wajar. Tindakan Yoab pun-menugasi Uria sesuai strategi yang direncanakan-juga tampak lazim dan wajar. Semua tampak lazim dan wajar. Namun, dalam balutan semua yang tampak lazim dan wajar itu, ada kejahatan besar. Daud merekayasa dan memanfaatkan kesan kewajaran dan kelaziman itu untuk mencapai tujuan jahatnya.

Apa yang kita lihat? Ketika orang punya keinginan atau masalah, dia tergoda untuk memenuhi atau mengatasinya dengan menafikan nilai moral, dan membalut semua dengan hal-hal yang tampak lazim dan wajar. Orang tergoda untuk mencari dan memanfaatkan celah pada kaidah dan kelaziman yang ada, meski secara moral itu salah.

Makin besar kekuasaan yang dimiliki, makin besar pula godaan itu. Namun, adakah godaan semacam itu hanya mengadang orang-orang dengan kekuasaan besar? Ternyata tidak! Anda tahu, godaan semacam itu mengadang semua orang tanpa kecuali, termasuk saya dan Anda. Benar, bukan?
-EE/www.renunganharian.net


ADA GODAAN BESAR UNTUK SENGAJA MELAKUKAN KEJAHATAN DENGAN MENUTUPNYA DALAM BALUTAN KEWAJARAN DAN KELAZIMAN


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media