RAJA DAN PENGEMIS

Baca: AMSAL 16:31-33


Bacaan tahunan: Amos 6-9

Dalam sebuah dongeng sufi, seorang raja mendekati seorang pengemis dan bertanya, "Engkau tidak memiliki apa-apa, tetapi kau terlihat lebih bahagia daripada aku. Apa rahasianya?"

Pengemis itu menjawab, "Yang Mulia, hamba ini juga seorang raja."

Raja tertawa dan bertanya, "Di manakah kerajaanmu, orang miskin?"

Pengemis itu tersenyum dan menumpangkan tangan ke atas dada, "Di sini, Yang Mulia. Di hati inilah kerajaan hamba. Tuan berkuasa atas wilayah dan rakyat, sedangkan hamba berkuasa atas keinginan dan pemikiran hamba. Keinginan Tuan untuk memperbesar wilayah memperbudak hidup Tuan, sedangkan hamba, dengan mengandalkan akal budi, belajar untuk berkuasa atas keinginan hamba."

Amsal Salomo menggarisbawahi pandangan bijak pengemis tadi. Menguasai diri itu lebih hebat daripada merebut suatu kota. Menguasai diri lebih sulit karena memerlukan hikmat dan disiplin pribadi yang terus-menerus. Lebih pelik mengalahkan musuh dari dalam daripada musuh dari luar. Menguasai diri lebih mulia karena tidak menyakiti orang lain, malah akan memberkati mereka. Merebut kota saat ini dapat disamakan dengan meraih kesuksesan. Tidak sedikit orang sukses yang jatuh karena gagal menguasai dirinya. Itulah keunggulan penguasaan diri.

Orang percaya diundang untuk menguasai dirinya, mengontrol keinginannya (Gal. 5:23). Bukan dengan mengandalkan akal budi, melainkan sebagai buah penyertaan Roh Kudus yang berdiam di dalam hati kita.
-ARS/www.renunganharian.net


PENGUASAAN DIRI MEMAMPUKAN KITA MERAIH KESUKSESAN YANG BERTAHAN LAMA DAN MEMBERKATI SESAMA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media