BUKAN TANPA KESUSAHAN

Baca: 1 RAJA-RAJA 17:1-6


Bacaan tahunan: Kisah Para Rasul 24-26

Seorang pria diberhentikan dari pekerjaannya. Ia mencoba melamar pekerjaan baru, tetapi belum mendapat hasil. Sudah tujuh bulan ia menganggur. Pria itu merasa putus asa, apalagi dilihatnya uang tabungannya semakin menipis. Dalam hati ia mengeluh, "Mengapa aku mengalami kesusahan seperti ini, padahal aku sudah setia melakukan perintah Tuhan?"

Terlihat sosok Nabi Elia di tepi Wadi Kerit. Lama ia tidak beranjak ke mana-mana, karena faktanya, ia sedang bersembunyi di sana. Adakah seseorang yang senang hati saat ia harus bersembunyi? Tentu tidak! Maka boleh dikatakan, Elia sedang mengalami kesusahan. Menarik mengetahui alasan kesusahan itu terjadi, yakni justru karena Elia melakukan perintah Tuhan. Atas kehendak Tuhan, Elia berangkat memberi peringatan kepada Ahab, raja Israel yang telah berpaling kepada Ba'al. Elia menyatakan bahwa tidak akan ada embun atau hujan di negeri itu, sampai waktu Tuhan berfirman kembali kepadanya (ay. 1). Semula Ahab mungkin menganggap pernyataan Elia itu bualan semata. Namun, sesudah semuanya itu terjadi, ia giat memburu Elia sehingga Elia terpaksa bersembunyi.

Setia melakukan perintah Tuhan bukan berarti kita menerima tiket untuk menjalani kehidupan tanpa kesusahan. Persoalan dapat tetap muncul, sementara kita mengerjakan kehendak Tuhan. Namun, jangan kenyataan demikian membuat kita tawar hati. Perhatikan selama bersembunyi di Wadi Kerit, Tuhan mengutus burung-burung gagak, pada pagi dan petang, membawa roti dan daging kepada Elia (ay. 6). Dari sini kita mengerti bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita seorang diri. Setiap kali kita menghadapi persoalan, pasti Dia memberikan kekuatan dan jalan keluarnya bagi kita.
-LIN/www.renunganharian.net


KESUSAHAN MEMANG TIDAK TERHINDARKAN, TETAPI TIDAK TERHINDARKAN JUGA PENYERTAAN TUHAN DALAM KEHIDUPAN KITA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media