BUDAYA MENERUSKAN KEBAIKAN

Baca: 2 Korintus 9:6-15


Bacaan tahunan: Amsal 20-23

Suatu hari saat saya berulang tahun, seorang sahabat memberi saya ukiran nama yang dilukisnya di kertas, lalu dibentuk menjadi pembatas buku. "Maaf, laminating-nya tidak rapi, " ucapnya. Saya terharu. Teman saya itu untuk makan saja sudah cukup sulit. Namun, kesulitan ekonomi tidak merintanginya untuk memberikan kado sebaik mungkin. Saya pun tersadar bahwa saya sebenarnya tidak terlalu memerlukan hadiah mahal. Saya lebih menantikan kepedulian dan ketulusan. Sungguh bersyukur saya memiliki sahabat seperti dirinya.

Sejak itu saya belajar mengembangkan kepekaan bahwa di mana pun kita berada, akan selalu ada orang-orang yang memerlukan perhatian dan ketulusan. Bisa jadi kita hanya mampu memberikan sesuatu yang tidak mahal, namun kita tidak akan pernah membayangkan betapa berharganya pemberian itu bagi mereka. Biarlah setiap pemberian, kebaikan hati dan keajaiban yang pernah kita alami, akan mendorong kita untuk meneruskan kebaikan itu kepada orang lain sehingga mereka pun dapat bersyukur atas berkat Allah (ay. 11).

Sungguh baik jika kita tidak menggenggam sendiri berkat yang kita terima, melainkan meneruskannya agar semakin banyak orang yang bersukacita dan mengucap syukur kepada Allah. Gantilah kebiasaan mengharapkan pemberian gratis dengan memberi. Kiranya Tuhan semakin memberkati dan memercayakan lebih banyak pada kita. Bukankah--seperti berulang-ulang kita dengar--kita diberkati untuk memberkati? --Soni S. R. Simatupang/Renungan Harian


ALLAH MEMBERKATI KITA DENGAN MURAH HATI; KIRANYA KITA PUN BERMURAH HATI MENERUSKAN BERKAT-NYA PADA SESAMA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media