HAMBAR DAN DINGIN

Baca: Kejadian 15:1-6


Bacaan tahunan: 1 Raja-Raja 21-22

Akhirnya (15:6), Abram percaya. Tetapi, awalnya tidak demikian. Dalam Kejadian 12, Tuhan berjanji, keturunan Abram akan menjadi bangsa yang besar. Bagi Abram-kala itu berusia 75 namun belum punya anak-janji itu membuatnya amat sangat berharap. Namun, setelah lama dinanti, janji itu tak kunjung digenapi.

Maka, ketika Tuhan berkata, "upahmu akan sangat besar" (15:1), Abram menjawab, "Ya, Tuhan Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak" (15:2). Seakan Abram berkata, "Sudahlah, Tuhan, jangan berjanji lagi. Seorang anak pun nyatanya aku tak punya". Betapa getir jawaban itu! Jawaban itu dengan sangat jelas menunjukkan bahwa Abram sangat kecewa. Abram tawar hati, hatinya dingin, perasaannya kepada Tuhan pun hambar.

Anda pasti tahu, kita pun bisa jatuh ke dalam sikap serupa. Karena sesuatu, kita kecewa pada Tuhan. Perasaan kita kepada Tuhan hambar, dan dingin. Tiada kehangatan. Sentuhan-Nya tak terasa, kehadiran-Nya tak menyemangati. Janji-Nya tak lagi mengisi hati. Bagaimana dengan berkat-Nya? Jujur, saya tak berharap. Jika diberi, syukurlah. Jika tidak, sudahlah. Terserah. Saya tak mau memikirkannya.

Alangkah pahit relasi seperti itu. Alangkah berat jika hidup dijalani dengan hati demikian. Hari-hari dilewati seakan sendirian, tanpa siapa pun diyakini menyertai. Betapa mustahil perjuangan ditempuh tanpa Tuhan menjadi andalan.

Akan kita biarkankah hati kita hambar dan dingin terhadap Tuhan? Semoga itu bukan pilihan kita. --EE/Renungan Harian


BETAPA MENAKUTKAN JIKA HIDUP HARUS KITA JALANI DAN KITA PERJUANGKAN SEAKAN SENDIRIAN, TANPA SIAPA PUN KITA YAKINI DAPAT KITA ANDALKAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media