TAKUT MENGAKUI KESALAHAN?

Baca: 1 Samuel 15:1-23

Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan kurban kepada Tuhan, Allahmu, di Gilgal. (1 Samuel 15:21)


Bacaan tahunan: Mazmur 108-118

Rupanya sudah menjadi sifat dasar manusia, ketika membuat kesalahan, ia sangat enggan untuk mengakuinya, malahan akan melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, atau dengan kata lain mencari kambing hitam. Pada umumnya, kambing hitam ialah pihak yang tidak berdaya dan kedudukannya lebih rendah. Si pelaku mencari kambing hitam karena enggan disalahkan atau melindungi kepentingannya sendiri. Ia tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya.

Bacaan kita hari ini adalah mengenai Saul yang ditolak Tuhan menjadi raja. Ia menolak untuk taat kepada perintah Tuhan. Semestinya ia menumpas semua jarahan milik Bangsa Amalek, tetapi ia menjarah seolah-olah untuk kepentingan rakyatnya. Kemudian datanglah Nabi Samuel menemui dan menegur Saul atas tindakannya. Bukannya bertobat, Saul malah lari dari tanggung jawabnya dan melemparkan kesalahan kepada rakyat yang mengikutinya. Bukannya hadir dan membereskan masalah, Saul yang lari justru memperpanjang daftar masalah dan membuat ia kehilangan kepercayaan dari rakyatnya.

Kita, sebagai manusia, rentan berbuat kesalahan. Tuhan menghendaki agar kita memiliki kerendahan hati untuk menerima teguran dan jujur mengakui kesalahan yang kita perbuat. Pengakuan yang tulus menolong kita untuk tidak mengulangi kesalahan serupa. Dan, yang terutama, keterbukaan hati jauh lebih dihargai oleh Tuhan sehingga dengan demikian, ketika kita mengakui dosa kita, Dia akan mengampuni dan menyucikan kita dari kejahatan (1 Yoh 1:9). --Samuel Yudi S /Renungan Harian


PENGAMPUNAN TERSEDIA KETIKA KITA MEMILIKI KETERBUKAAN HATI UNTUK MAU DITEGUR DAN MENGAKUI SEGALA PELANGGARAN KITA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media