SETIA DALAM KASIH

Baca: Ayub 42:7-17


Bacaan tahunan: 2 Raja-raja 9-10

Apa yang dibutuhkan seseorang yang tengah berada dalam dukacita? Dukacita karena kehilangan harta benda, kehilangan anggota keluarga terkasih, atau mungkin juga kondisi kesehatan yang menurun. Tentu saja mereka membutuhkan dukungan dan penghiburan bukan? Tetapi bagaimana rasanya jika dalam kondisi seperti itu seseorang yang mengaku sebagai sahabat datang sambil mengatakan bahwa penderitaan yang dialami itu pasti hukuman yang Tuhan berikan atas dosa besar yang telah dilakukannya?

Ayub baru saja kehilangan harta benda, anak-anak, juga kesehatannya. Bayangkan saja pergumulan Ayub yang datang bertubi-tubi itu! Betapa menderitanya ia. Hal itu masih ditambah lagi ketika ketiga sahabatnya datang. Bukannya mendukung dan menghibur, mereka malah mendorong Ayub supaya mengakui dosa yang tidak dilakukannya. Mereka menjadi sok tahu dengan menganggap Ayub telah melakukan dosa besar sehingga Allah menimpakan hukuman.

Namun demikian Ayub tidak menaruh rasa benci dan dendam terhadap ketiga sahabatnya. Tidak ada niat membalas supaya sahabatnya tahu rasa. Penderitaan berat yang dialami tidak membuat Ayub kehilangan kasih. Hal ini dinyatakannya ketika Allah murka terhadap ketiga sahabat Ayub karena perkataan mereka yang keliru (ay. 7). Allah hanya akan melepaskan mereka dari hukuman jika Ayub meminta doa untuk mereka. Meski tidak dijelaskan secara terperinci, namun Alkitab menyatakan bahwa Ayub melakukannya (ay. 10). Jika kita berada pada posisi Ayub, masihkah kita mampu menyatakan kasih seperti dia? --EBL/www.renunganharian.net


SEPERTI TEKO BERISI KOPI SELALU MENGALIRKAN KOPI SETIAP KALI DITUANG, PRIBADI YANG DIPENUHI KASIH AKAN SELALU MENGALIRKAN KASIH.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media