KAPAN BERSYUKURNYA?

Baca: Mazmur 107:1-9

Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! ... Sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan. (Mazmur 107:1, 9)


Bacaan tahunan: Yehezkiel 22-24

Henry Ward Beecher berkata, "Orang sombong jarang yang tahu bersyukur, sebab ia tidak pernah menganggap dirinya sudah mendapatkan apa yang sepantasnya ia peroleh." Penghambat utama rasa syukur adalah anggapan diri kita cukup baik sehingga pantas menerima pahala. Kalau kebaikan mengunjungi dirinya, dianggap sudah sepantasnya. Tak ada rasa syukur. Parahnya, dalam kenyataan ia justru selalu merasa dirinya belum mendapatkan hal yang sepantasnya. Serba belum cukup; selalu kurang. Kapan bersyukurnya?

Mazmur 107 mengungkap kebenaran ini secara lebih jernih. Kebaikan bukan ada pada kita, melainkan pada Tuhan. Bukan kita yang baik sehingga patut diganjar kebaikan dalam hidup ini. Kala Anda dituangi atau disirami kebaikan dalam hidup, itu karena Tuhan baik! Periksalah dengan jujur betapa banyak perkara yang semestinya tak pantas kita peroleh, namun nyatanya kita dapatkan. Banyak hal dalam hidup sehari-hari yang datang sebagai karunia, bukan upah kebaikan kita. Semua tersedia dengan indah dan limpah karena Tuhan itu baik. Maka, jangan sombong dan merasa diri pantas, melainkan bersyukurlah! Bersyukur karena kebaikan-Nya!

Sadarkah Anda bahwa 11.000 liter udara kita hirup-hembus setiap hari secara gratis, tidak seperti asupan oksigen bagi pasien di rumah sakit? Cahaya mentari yang tak kita upayakan. Langit biru yang bukan buah karya kita. Kicau burung yang tak kita ciptakan. Uluran tangan sukarela. O, masih banyak lagi curahan anugerah-Nya yang layak kita syukuri! --Pipi A Dhali /Renungan Harian


KESOMBONGAN MEMBUAT KITA SERBA MENUNTUT; KERENDAHAN HATI MEMBUAT KITA SENANTIASA BERSYUKUR.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media