UJI KESETIAAN

Baca: RUT 1:1-18


Bacaan tahunan: Bilangan 12-13

Setelah melahirkan anak keempat, istri pak Suyatno tiba-tiba lumpuh total. Setiap hari pak Suyatno membersihkan kotoran, memandikan, menyuapi, dan mengangkatnya kembali ke tempat tidur. Sebelum berangkat bekerja, istrinya didudukkan di depan televisi supaya ia tidak kesepian. Pak Suyatno selalu mengajak istrinya berbincang walaupun ia tahu istrinya hanya bisa memandang tanpa sedikit pun menanggapi. Hal itu pun sudah cukup membuat pak Suyatno senang. Dua puluh lima tahun pak Suyatno menunjukkan kesetiaannya sambil membesarkan keempat anaknya. Tidak pernah sedikit pun pak Suyatno mengeluh bahkan ia tidak mengizinkan ketika anak-anaknya ingin menjaga ibunya.

Setia hanyalah sebuah kata singkat, mudah diucapkan, namun tidak mudah membuktikannya. Seseorang mungkin bisa berlaku setia ketika situasi begitu menyenangkan hatinya, tetapi bagaimana jika situasi berubah menjadi begitu buruk? Apakah ia akan tetap setia? Apakah kita setia kepada suami atau istri kita seperti janji yang pernah kita ucapkan di hadapan Tuhan? Apakah kita setia kepada Tuhan seperti komitmen kita mula-mula? Ketika situasi tidak menyenangkan, pada akhirnya kesetiaan itu akan terbukti.

Naomi sudah sangat tua, kehilangan segalanya, dan hidupnya begitu pahit. Itulah sebabnya ia meminta Rut, menantunya itu pergi meninggalkannya. Tetapi Rut menolaknya. Rut tetap konsisten dengan komitmennya untuk menemani, mengikuti, dan merawat mertuanya itu sepahit apa pun situasinya. Apakah kita memegang erat komitmen kesetiaan kita? --SYS/www.renunganharian.net


KESETIAAN KITA BELUMLAH TERUJI PADA SAAT SITUASI BERJALAN BAIK, JUSTRU DI SAAT-SAAT TERBURUKLAH AKAN TERBUKTI APAKAH KITA ADALAH ORANG YANG SETIA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media