KEKUATAN HATI

Baca: AMSAL 14


Bacaan tahunan: Markus 4–5

"Baik-baik saja" atau "tidak baik-baik saja" tergantung dari bagaimana cara manusia memandangnya. Pernyataan tersebut disetujui oleh filsuf-filsuf dunia dari berbagai generasi. Contoh sederhana adalah hujan. Ketika dilihat sebagai "baik-baik saja" maka seseorang tidak merasa terganggu atas tertundanya beberapa aktivitas yang telah direncanakan, sehingga hujan bisa menjadi berkat. Jika dilihat sebagai "tidak baik-baik saja" maka kerugian waktu karena tidak dapat menyelesaikan berbagai urusan akan membuat hujan menjadi malapetaka.

Raja Salomo berkata, "Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya" (ay. 10). Suatu kejadian bisa melukai hati seseorang, sebaliknya kejadian yang sama membuat hati seseorang menjadi senang. Kepedihan luka hati seseorang hanya bisa dirasakan olehnya, sekuat apa pun kita mencoba berempati pada mereka, kita tidak akan pernah bisa merasakan sama persis dalamnya luka hati mereka. Demikian juga ketika seseorang merasa bahagia.

Ketika dihadapkan pada peristiwa apa pun, Allah sebenarnya telah memberi kekuatan ketika kita bersedih atau bersukacita. Kita diberi kebebasan untuk memilih. Pusat kekuatan tersebut ada di hati kita. Hati kita adalah Bait Allah, tempat Allah bersemayam. Jika hati kita bisa jatuh pada kepedihan yang sangat dalam, kita juga punya kekuatan untuk melompat lebih tinggi lagi untuk mendapatkan sukacita, dan tidak ada satu orang manusia pun yang bisa melakukan itu untuk kita. Hanya kita yang bisa memutuskan apa yang akan dirasakan oleh hati kita. Demikian dahsyat kekuatan Allah di dalam diri kita, terutama di dalam hati kita.
-REY/www.renunganharian.net


TUHAN SELALU BEKERJA DALAM HATI KITA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media