Alkitab, Renungan Harian, Ayat Emas, Pujian...
Baca: MATIUS 25:14-30
Bacaan tahunan: Keluaran 33-35
Menerima pemberian tentu mendatangkan syukur dan sukacita. Pertanyaannya: Apa yang mendasari rasa syukur dan sukacita itu? Apakah karena merasa mendapat kepercayaan dari Tuhan untuk menyatakan misi Kerajaan Allah? Atau karena pemberian itu meringankan tanggung jawab kita, membuat kita tidak perlu berlelah-lelah melakukan perjuangan?
Melalui perumpamaan tentang talenta, Tuhan Yesus mengajar umat untuk memandang setiap pemberian (talenta) dari Tuhan sebagai "benih". Setiap berkat pemberian yang Tuhan percayakan harus dijalankan, diolah, dikembangkan, supaya dapat menghasilkan buah. Dengan tegas ayat 27 menyatakan bahwa lebih baik uang yang tidak dijalankan oleh orang yang mendapat kepercayaan satu talenta itu diberikan kepada bankir supaya menghasilkan. Dengan demikian, berkat pemberian Tuhan tidak akan habis, melainkan kembali menjadi berkat yang bahkan dapat memberkati secara lebih luas.
Malangnya, sebagian orang memandang pemberian sebagai "roti". Mereka menikmati dan menghabiskannya. Alih-alih terbeban untuk mengembangkan talenta, mereka justru menjadi malas. Dalihnya pun Alkitabiah, "Untuk apa berlelah-lelah berusaha? Bukankah Tuhan mencurahkan berkat-Nya pada waktu kita tidur?" (bdk. Mzm. 127:2). Semestinya kita rindu keberadaan kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Alangkah baiknya jika kita menjalankan peran sebagai pengurus yang baik dari setiap anugerah Allah. Menjalankan talenta supaya membuahkan hasil berlipat ganda, menjadi berkat bagi lebih banyak jiwa.
-EBL/www.renunganharian.net
TIDAK HARUS PELAYANAN BESAR, PELAYANAN KECIL PUN KITA LAKUKAN SEBAGAI SARANA MENGABDI
Please sign-in/login using: