Alkitab, Renungan Harian, Ayat Emas, Pujian...
Baca: 2 TAWARIKH 18–19:3
Bacaan tahunan: Matius 25–26
Memiliki seorang sahabat itu penting. Kepadanya kita bisa berbagi dan tidak merasa sendiri dalam menghadapi persoalan. Ia menjadi penghibur di kala kita susah. Seorang sahabat begitu peduli kepada kita di saat orang lain "membuang" kita. Sahabat yang benar pasti akan mengarahkan diri kepada perkara-perkara yang benar. Sebaliknya, bersahabat dengan orang yang salah akan membawa hidup kita kepada celaka.
Sejatinya, Yosafat adalah raja yang baik. Dialah raja yang menghapuskan tiang-tiang berhala dan mencari Allah dengan tekun. Sayang, di tengah jalan ia bersahabat dengan orang yang salah, dan karenanya mendatangkan murka Allah (ay. 2). Persahabatan yang salah adalah persahabatan yang mengutamakan kepentingan sahabatnya, tapi mengabaikan kebenaran dan kehendak Tuhan. Dengan dalih menolong sahabat, Yosafat membantu Ahab yang jelas-jelas tidak menghormati Tuhan. Beruntung, Tuhan menyelamatkannya walau setelah itu Yehu menegurnya dengan keras karena perbuatannya itu mendatangkan murka Tuhan.
Sebuah persahabatan yang dibangun tidak dengan dasar yang benar akan berujung celaka. Seperti Yosafat yang tampaknya tidak kuasa menolak ajakan Ahab untuk maju berperang, meski telah diingatkan Nabi Mikha, dan ia hampir binasa karenanya. Pengalaman Yosafat menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak mendasarkan sebuah persahabatan berdasarkan takut menyinggung perasaan atau takut ditolak. Persahabatan yang benar harus didasarkan atas kasih dan kebenaran. Kasih itu menegur dan mengarahkan orang yang bertindak salah. Kasih itu tegas untuk menolak niat seseorang yang nyata-nyata melawan kehendak Tuhan.
-SYS/www.renunganharian.net
SEBUAH PERSAHABATAN YANG DIBANGUN TIDAK BERDASARKAN KASIH DAN KEBENARAN AKAN BURUK AKIBATNYA
Please sign-in/login using: