MEMBERI DAN DIBERI

Baca: 1 RAJA-RAJA 17:7–16


Bacaan tahunan: Wahyu 17–18

Sebuah stasiun televisi menayangkan kisah seorang anak yang disuruh ibunya membeli telur. Karena kurang hati-hati, telur-telur itu pecah. Ia takut pulang ke rumah dan berusaha menjual telur pecah itu kepada orang-orang yang ditemuinya di jalan. Sudah 8 jam ia berusaha, tapi tidak ada seorang pun yang menolongnya. Di tengah keputusasaannya, seorang ibu tua merasa iba dan bersedia membeli telur pecah itu seharga tiga belas ribu rupiah, uang hasil penjualan barang-barang bekasnya sepanjang hari itu. Ibu itu rupanya hanyalah orang yang miskin, tetapi ia bersedia menolong anak itu. Di akhir cerita, ibu itu menerima hadiah yang tak disangka.

Di tengah bencana kelaparan, janda di Sarfat hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak sebagai bahan makanan terakhir yang akan dimakannya bersama anaknya. Hingga Nabi Elia datang dengan kondisi lapar dan meminta dibuatkan roti bundar kecil. Janda itu punya alasan untuk menolak. Namun, ketika hatinya disentuh oleh Tuhan, ia pun bersedia menolong. Ya, di tengah keterbatasannya, ibu itu rela memberi demi menolong orang lain.

Tidaklah mudah untuk berbagi ketika kita sendiri dalam kondisi kekurangan. Seperti janda di Sarfat yang dalam kekurangan dan keterbatasannya bersedia berbagi roti ketika Elia meminta pertolongannya, hari ini atau suatu saat nanti mungkin kita akan mengalami ujian yang sama. Apakah kita rela hati untuk memberi dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan kita?
-SYS/www.renunganharian.net


BERBAGI DENGAN ORANG LAIN ADALAH BENTUK TERBAIK DARI MENSYUKURI APA YANG TELAH KITA DAPATKAN


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media