BERBAGI KEPEDIHAN

Baca: Matius 26:36-46


Bacaan tahunan: 1 Samuel 25-27

Tidak mudah mengakui ketakutan dan kelemahan kita kepada orang lain, terlebih jika kita menduduki jabatan struktural yang tinggi. Kita berusaha terlihat tegar dan kuat, serta menyembunyikan berbagai kecemasan. Seolah-olah tak ada persoalan yang dapat menjatuhkan kita. Kita menutup diri karena tidak ingin dinilai lemah, bahkan kerdil.

Namun tidak dengan Yesus. Para murid-Nya telah menjadi saksi mata bagaimana Dia melakukan berbagai mukjizat, serta senantiasa mengajar dengan penuh kuasa. Tapi pada malam sebelum Dia ditangkap, Dia menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya dengan sangat jelas di Getsemani. Di sana Dia mengalami kegentaran dan kepedihan, bahkan hingga berpeluh darah dalam doa-Nya (Luk. 22:44). Dan Dia mengakuinya kepada Petrus, Yohanes dan Yakobus (ay. 37-38). Dia meminta agar mereka mendekat dan berjaga-jaga ketika Dia berdoa. Murid-murid-Nya menyaksikan betapa Dia bergumul menghadapi cawan penderitaan yang akan ditanggung-Nya.

Tindakan Yesus ini menunjukkan bahwa sebagai manusia, mengalami ketakutan dan kesedihan itu sangat wajar. Memang kita tidak dianjurkan mengumbarnya kepada semua orang, tetapi membaginya dengan orang-orang tertentu yang diharapkan dapat memahami keadaan kita. Para murid gagal memahami Yesus, mereka malah tertidur. Tetapi kehadiran mereka di dekat-Nya menjadi penguatan tersendiri bagi-Nya. Kiranya kita juga belajar membagikan pergumulan kita kepada orang lain, dan tidak menanggungnya sendirian, karena kita juga butuh topangan mereka. --HT/www.renunganharian.net


MEMBUKA DIRI DAPAT MEMBUAT KITA TERLIHAT RENTAN DAN LEMAH, TAPI SEKALIGUS DAPAT BEROLEH KEKUATAN KARENA DUKUNGAN DAN DOA MEREKA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media