KUK PERBUDAKAN

Baca: MATIUS 11:25-30


Bacaan tahunan: Yeremia 45-48

Seorang anak laki-laki kecil tampak kelelahan membawa tas sekolahnya. Sang ibu memeriksa isi tas putranya dan mendapati semua buku pelajaran dibawa. Padahal jadwal hari itu hanya Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika. "Mengapa kau bawa semuanya?" tanya ibunya. "Aku takut Pak Guru nanti mengajar mata pelajaran lain, " jawabnya. "Tidak, Nak. Pak Guru akan mengajar sesuai jadwal, " beliau menjelaskan.

Yesus mengatakan, "Pikullah gandar yang Kupasang" (ay. 29). Kuk (gandar) dapat berarti beban persoalan yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Selanjutnya Yesus katakan bahwa kuk yang Dia pasang itu enak dan beban yang Dia berikan itu ringan (ay. 30). Sejenak kita berpikir Yesus sekadar omong kosong. Sebab beban persoalan kita rasakan teramat sangat berat. Kebenarannya bukan Yesus omong kosong, namun seperti anak laki-laki kecil tadi, kita memikul kuk yang tidak Tuhan pasang. Beban itu tidak Tuhan kehendaki untuk kita bawa, tetapi kita ingin selalu membawanya. "Kuk yang tidak Tuhan pasang" itu adalah ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran. Tanpa kita sadari, sebenarnya berat ketiganya jauh melebihi persoalan itu sendiri.

Saat kita memikul kuk yang tidak Tuhan pasang, maka kita berada di bawah kuk perbudakan. Rasa takut, cemas serta khawatir ditimpakan ke atas pundak sehingga kita kelelahan. Kuk perbudakan itulah yang Yesus maksudkan sebagai "beban berat". Untuk setiap kita yang letih lesu karena memikulnya, Yesus mengundang untuk datang kepada-Nya (ay. 28). Lepaskan ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran, lalu sebagai gantinya, terima kelegaan dari Yesus. Untuk apapun persoalan kita hadapi, kita percaya Yesus pasti menolong dengan memberi jalan keluar tepat waktu. --LIN/www.renunganharian.net


SAAT KUK PERBUDAKAN KITA LEPASKAN, MAKA BEBAN PERSOALAN DI KEHIDUPAN INI AKAN KITA RASAKAN ENAK DAN RINGAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media