MAU “REPOT”

Baca: Kisah Pr. Rasul 26:24-32

Kata Agripa kepada Festus, "Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar." (Kisah Pr. Rasul 26:32)


Bacaan tahunan: : Yohanes 13-16

Menikmati masa pensiun dengan santai tentu menjadi pilihan sebagian besar orang. Tak perlu bekerja, tetapi tetap mendapatkan penghasilan. Apalagi anak-anak telah dewasa dan mandiri. Namun, hal ini tidak berlaku bagi pasangan suami-istri Bambang dan Retno. Mereka memilih mengadopsi seorang bayi. Tak heran jika masyarakat sekitar menyebut mereka legan golek momongan (sudah nyaman malah mencari kerepotan).

Seandainya Agripa menguasai bahasa Jawa, mungkin ia pun akan menyebut Paulus legan golek momongan. Kita dapat mengetahui dari perkataannya yang disampaikannya kepada Festus, “Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar” (ay. 32). Paulus bisa saja bebas, tetapi ia memilih naik banding, yang justru membuatnya berlama-lama menjadi tawanan.

Sekilas tampak bahwa Paulus memilih “repot”. Tetapi, Paulus mengajukan banding bukan demi menyelamatkan dirinya sendiri. Mungkin Paulus bisa bebas tanpa naik banding. Tetapi, kesempatan yang ia miliki untuk mewartakan kabar keselamatan Kristus akan terhenti sampai pada raja Agripa. Dengan naik banding, Paulus memiliki kesempatan untuk mengajar orang-orang yang menjadi teman seperjalanannya di atas kapal menuju Roma.

Paulus memiliki visi hidup bagi kerajaan Allah. Kesadaran akan jati dirinya di hadapan Tuhan menjadikannya mau “repot” demi menjalankan visi mulia itu. Bagaimana dengan kita? Bersediakah kita menjadi “repot” demi visi hidup yang mulia, yakni menghadirkan kerajaan Allah bagi sesama?—EBL


PENGURBANAN KRISTUS ADALAH ALASAN BAGI ORANG PERCAYAUNTUK RELA MENGALAMI “KEREPOTAN” DALAM MENGASIHI SESAMA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media