MEMILIH PENYEWA KAMAR

Baca: Filipi 4:4-9


Bacaan tahunan: Ulangan 1-2

Waktu seorang kawan mengiklankan salah satu kamar di rumahnya untuk disewa, puluhan orang datang silih berganti. Akhirnya, ia menerima seorang yang menurutnya merupakan kandidat terbaik. Saya bertanya, kenapa dia begitu ketat memilih dan melakukan seleksi. "Ini rumahku. Aku harus yakin, orang yang akan masuk ke dalamnya untuk tinggal bersamaku setiap hari adalah orang yang baik, "-jawabnya spontan. Sikap seorang pemilik rumah yang sungguh tepat.

Banyak alasan membayangi Paulus untuk mengisi pikirannya dengan hal-hal yang buruk. Kesepian. Ia sedang dipenjarakan. Kemarahan. Ada yang bersorak atas pemenjaraannya. Keluhan. Ia tak bisa ke mana-mana. Kesusahan. Rekannya sakit parah. Ketakutan. Hukuman mati membayanginya. Namun, menonjolnya nada seruan pada akhir surat Filipi ini menunjukkan betapa ketat Paulus memilih hal-hal yang boleh menetap di pikirannya. Ia melakukan seleksi ketat. Hasilnya-sekalipun dikelilingi kondisi tak bersahabat-ia membuahkan nasihat-nasihat berharga yang terbit dari pikiran yang penuh dengan keluhuran.

Pikiran kita layak untuk diperlakukan seperti rumah kediaman. Gagasan apa pun adalah calon-calon penyewa kamar di dalamnya. Sekali diijinkan masuk, ia akan menetap di situ. Sesudahnya, mau tidak mau, kita harus bergaul dengannya setiap hari. Jadi, kenapa ragu untuk melakukan seleksi ketat? Kritislah dalam menerimanya. Selektiflah memilihnya. Ujilah yang mencurigakan. Tepislah yang jelas-jelas merusak. Tolaklah yang pasti buruk. Biarlah tersisa yang baik yang akan menetap di situ. Ingatlah, itu rumah kita! --PAD/www.renunganharian.net


DAMAI SEJAHTERA TUHAN TINGGAL DI PIKIRAN MANUSIA YANG DIHUNI OLEH GAGASAN-GAGASAN YANG LUHUR.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media