UPAH YANG LAYAK DIKEJAR

Baca: MATIUS 6:1-4


Bacaan tahunan: Hagai

Saya seperti tersentak saat menonton tayangan mengenai seseorang yang nampak tersinggung ketika ia hendak diberi sembako, tetapi si pemberi meminta izin untuk memotret dirinya. Ia pun berniat untuk "bertukar posisi" sebagai pemberi, lalu ingin melakukan hal yang sama seperti yang semula hendak diterapkan kepadanya. Hasilnya pun bisa ditebak. Orang yang semula berniat memberi dengan maksud untuk dipamerkan ke media sosialnya itu pun menolak.

Yesus sedang mengajarkan pentingnya kemurnian hati ketika melarang pengikut-Nya untuk melakukan kewajiban agama, dalam hal bersedekah dan berdoa demi dilihat atau dipuji oleh manusia. Jelas pula disebutkan bahwa motivasi hati seperti ini akan langsung "menggugurkan" upah yang sebenarnya telah Bapa persiapkan (ay. 1). Betapa seriusnya pesan ini sehingga kondisi "hanya dilihat orang" pun sudah menyebabkan seorang percaya kehilangan upah dari Allah. Memang tidak mudah untuk melakukan hal ini karena saat ini sarana untuk memamerkan segala sesuatu, termasuk kegiatan kerohanian, bisa dibilang sangat berlimpah dan tinggal pilih saja.

Sungguh tidak mudah menjaga kemurnian hati saat melakukan "kewajiban agama" pada era sosial media seperti sekarang. Namun, jika kita hendak mengejar upah dari Bapa Surgawi, tak ada cara lain, kecuali menuruti nasihat yang Yesus ajarkan tadi. Ingat, standar firman Allah tidak berubah hanya karena kita hidup pada zaman sekarang. Justru, semakin susah pengajaran Yesus kita lakukan, upah yang Allah sediakan semakin layak untuk dikejar.
-GHJ/www.renunganharian.net


UPAH DARI ALLAH LAYAK DIKEJAR KARENA TAKKAN PERNAH SEBANDING DENGAN UPAH DARI MANUSIA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media