WAWASAN BARU

Baca: AYUB 42:1-6


Bacaan tahunan: Roma 11-13

"Dulu, bisa makan sendiri dipuji pintar. Terus, harus ambil sendiri dan makan tanpa berceceran baru dipuji pintar. Eh, sekarang tambah, harus mencuci piring sendiri kalau mau dipuji pintar!" celoteh anak saya ketika ia berusia tujuh tahun. "Hehe, iya dong! Semakin tambah umur harus bertambah juga kemampuannya!" ujar saya.

Alkitab mencatat Ayub sebagai laki-laki saleh dan jujur. Ia seorang yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Luar biasa karena label untuk Ayub berasal dari pengakuan Allah sendiri (Ayb 1:8). Namun bukan berarti Ayub sudah lolos seleksi dan bebas godaan. Nyatanya Allah mengizinkan iblis menguji kesalehan Ayub. Ayub harus berjuang lagi: menjalani proses yang sulit dan rumit sebelum akhirnya berhasil memenangkannya, sehingga ia memiliki wawasan baru terhadap Allah. Melalui proses itu, Ayub yang dahulu mengenal Allah dan menerima-Nya sebagai tradisi, kini melihat dan mengalami sendiri rahasia Tuhan.

Kecenderungan manusia adalah menyukai kenyamanan. Mereka lebih memilih untuk berhenti pada titik yang dianggap aman, enggan melakukan perjuangan dan perubahan karena melelahkan. Sementara di sisi lain, Tuhan rindu kita memiliki iman yang dinamis. Iman yang terus bertumbuh dan berkembang bahkan menghasilkan buah-buah bagi kemuliaan-Nya. Karena itu Ia mengizinkan proses yang rumit terjadi, supaya pada akhirnya kita beroleh wawasan baru tentang Allah. Memahami kehendak dan kedaulatan Allah atas hidup kita dan melihat kebesaran, keajaiban, kesetiaan serta kemurahan-Nya.
-EBL/www.renunganharian.net


SETIAP PROSES YANG TUHAN IZINKAN TERJADI MERUPAKAN KESEMPATAN MENERIMA WAWASAN BARU TENTANG KEBESARAN DAN KEDAULATAN-NYA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media