YANG PALING HINA?

Baca: MATIUS 25:31-46


Bacaan tahunan: Imamat 1-4

Sabda di atas telah sering saya dengar dan saya baca. Namun, suatu kali, sabda itu membuat saya tersentak dan bertanya-tanya, mengapa Tuhan menyebut kaum lemah (yakni mereka yang miskin, terlunta-lunta, teraniaya, terabaikan, dsb.) sebagai "yang paling hina"?

Bukankah sebutan "yang paling hina" itu sangat merendahkan kaum lemah? Bagaimana bisa Tuhan-yang saya kenal sebagai Tuhan yang penuh kasih, yang berkenan karib dengan rakyat jelata, dan sudi dekat dengan penderita kusta-menyebut kaum lemah sebagai yang paling hina? Semua itu sungguh mengusik pikiran, membuat saya gelisah.

Namun, syukur kepada Tuhan, Dia mempertemukan saya dengan sumber tepercaya, yang memberi pencerahan, yang menghapus kegelisahan saya. Ternyata, frasa yang paling hina (LAI) diterjemahkan dari kata Gerika, ton elakhiston, yang artinya: yang paling kecil (dalam jumlah, kemampuan, kekuasaan, peluang), yang ada di urutan terakhir, yang tak punya kekuatan, yang terabaikan. Anda lihat? Dalam kata ton elakhiston tak sedikit pun termuat pengertian maupun nuansa tentang hina, apalagi paling hina.

Apa arti semua itu?

Tuhan sama sekali tidak memandang hina kaum lemah. Tuhan menyebut mereka ton elakhiston, yang terkecil (namun yang tak pernah Dia lupakan); yang tak punya kekuatan (sebab itu Dia dukung dan Dia bela); yang di urutan terakhir (tetapi Dia jadikan prioritas kasih-Nya); yang terabaikan (tetapi Tuhan sangat peduli pada mereka). Sebab itulah, Dia menyebut mereka "saudara-Ku".

Segala puji hanya bagi Allah.
-EE/www.renunganharian.net


TUHAN SAMA SEKALI TIDAK MEMANDANG HINA KAUM LEMAH. DIA MENYEBUT MEREKA "SAUDARA-KU".


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media