TAK TAHU DIRI

Baca: KEJADIAN 2:8-17


Bacaan tahunan: Imamat 22-23

Antarnegara berperang karena berebut wilayah. Artis muda tega mengambil suami orang. Dua bersaudara bertikai karena urusan warisan. Bocah kecil menangis keras setelah seorang teman merebut mainan dari tangannya. Anak perempuan diperebutkan kedua orang tuanya yang bercerai. Ah, semuanya menyangkut area sensitif yang selalu mengundang ketegangan dan persoalan: kepemilikan.

Habitat pertama bagi manusia adalah taman Eden. Kebun permai ini dilengkapi dengan segala yang manusia perlukan. Kekayaan, kesuburan, dan keindahan alam tersedia. Tetapi mengapa tiba-tiba harus ada larangan-memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat-yang terdengar ganjil itu? (ay. 17). Rupanya Tuhan hendak menegaskan sebuah ketetapan utama dalam kehidupan: kepemilikan. Larangan itu berfungsi mengingatkan manusia, mereka bukan pemilik taman. Eden beserta segala isinya milik Allah. Manusia hanyalah dia yang diberi kepercayaan untuk mengolah atau membudidayakannya (ay. 8). Sebuah pelajaran kepemilikan yang sudah setua umur umat manusia, bukan?

Sumber dari segala kerusuhan dan kekacauan hidup memang di sini: manusia tak tahu diri. Seharusnya dirinya bukan pemilik. Hanya pengelola. Tidak merawat tubuh dan menjaga kesehatan adalah sikap pengelola yang tak bertanggung jawab. Begitu pula boros uang, malas, dan suka buang waktu. Apalagi membuang bayi atau menelantarkan anak. Sebab tubuh, nyawa, waktu, harta, talenta, dan keturunan ialah milik Allah yang dipercayakan kepada kita. Ingat, kita ini hanya pengawas atau penilik. Bukan pemilik. --PAD/www.renunganharian.net


TERHADAP KEHIDUPAN KARUNIA TUHAN INI, KITA BERTINGKAH SEBAGAI PEMILIK ATAU PENILIK?


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media