KERINDUAN PADA TUHAN

Baca: Mazmur 25


Bacaan tahunan: Yesaya 32-37

Terkadang kita baru merasakan sesuatu atau seseorang berharga jika kita telah kehilangan hal itu. Seorang anak, yang baru saja kehilangan ayahnya, begitu menyesal karena belum dapat membahagiakan dan membanggakan ayahnya. Ia juga menyesal karena tak dapat berada di samping ayahnya saat detik-detik kematian ayahnya. Akhirnya karena merasakan kerinduan yang begitu mendalam, anak itu menulis puisi yang sangat panjang untuk ayahnya. Namun, semuanya sudah terlambat, ayahnya sudah tidak sempat membaca puisi tersebut.

Pernahkah kita sungguh-sungguh merenungkan, kapan sebenarnya kita merasakan kerinduan kepada Tuhan? Bagaimanakah jawaban kita? Baiklah kita menjawabnya secara pribadi dan secara jujur dalam hati. Apakah kita sama seperti Daud, yang selalu menanti-nantikan Tuhan sepanjang hari? Melalui ayat hari ini, kita dapat memperhatikan dan merenungkan betapa dahsyat kerinduan Daud kepada Tuhan. Sungguh menyentuh hati.

Jika dibandingkan dengan kita, apakah setiap pagi kita rindu dan haus akan firman-Nya? Apakah kita merindukan Tuhan dan ingin bertemu dengan-Nya melalui doa-doa yang kita panjatkan? Berapa lamakah waktu teduh yang kita luangkan untuk Tuhan? Semestinya kita mengutamakan Tuhan dalam setiap segi kehidupan. Adakah kita merasakan kerinduan pada Tuhan seperti kita merindukan kekasih atau keluarga kita? Tuhan selalu menunggu kita. Kapan saja kita datang kepada-Nya, Dia senantiasa menyambut dengan tangan terbuka. --Priskila Silvia Aprilita/Renungan Harian


TUHAN SELALU MENUNGGU KITA, DATANGLAH PADA TUHAN, JIKA KITA MERINDUKAN-NYA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media