AKIBAT KEPUTUSAN BURUK

Baca: RUT 1


Bacaan tahunan: Markus 12-13

Keluarga Elimelekh meninggalkan Betlehem (artinya "rumah roti") dan pergi ke Moab demi menghindari kelaparan panjang. Ini terjadi di masa adanya ketidakstabilan politik, kemerosotan moral dan penyembahan berhala di Israel. Saat itu, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

Moab adalah negeri para penyembah berhala. Penduduknya menjalankan praktik asusila secara longgar (Bil. 25:1-2). Allah menyebut Moab sebagai "tempat pembasuhan-Nya", yaitu wadah berisi kotoran setelah mencuci kaki (Mzm. 60:10, 108:10). Sebuah penghinaan! Ke sanalah keluarga Elimelekh bermigrasi, bahkan menetap hingga 10 tahun. Kedua putranya menikahi perempuan Moab. Dan dalam satu dekade itu, Elimelekh dan kedua putranya meninggal. Naomi, sang istri, menyimpulkan bahwa semua kepahitan itu terjadi sebagai hukuman Allah baginya (ay. 20-21).

Terkadang kita pun mengambil keputusan hanya berdasarkan pertimbangan ekonomi. Moab mungkin tempat yang lebih baik secara ekonomi, tetapi bukan tempat yang mendukung untuk menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan. Tempat itu bahkan dapat menjadi ancaman terhadap iman kita. Syukurnya, Naomi tetap memelihara imannya. Bahkan melaluinya Rut, salah satu menantunya, akhirnya percaya kepada Allah Israel, dan nantinya menjadi nenek moyang Raja Daud, bahkan Yesus Kristus. Syukur bagi Tuhan, bahkan di saat kita mengambil keputusan yang buruk, Dia tidak meninggalkan kita. Dia tetap bekerja untuk kebaikan kita, asalkan kita kembali berpaut kepada-Nya. --HT/www.renunganharian.net


BAHKAN DI BALIK KEPUTUSAN BURUK YANG KITA PERBUAT, ALLAH DAPAT BERKARYA UNTUK MENUNJUKKAN RAHMAT-NYA BAGI KITA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media