DARI JARAK JAUH

Baca: Ayub 2:1-13


Bacaan tahunan: 2 Tawarikh 4-6

Di media sosial seperti Facebook saya punya banyak teman yang hanya sebatas chat tapi tidak pernah bertemu. Ada beberapa sahabat yang saya sering bertemu langsung. Saya merasakan bedanya. Saat hubungan kami hanya sebatas di medsos, kami kurang peduli. Tapi saat hubungan saya dengan seseorang dekat, kami berempati satu sama lain. Contoh, waktu Ayah saya meninggal dunia, beberapa sahabat saya rela menempuh jarak jauh, demi mengucapkan belasungkawa secara langsung, menghibur, dan menemani saya.

Kalau kita berkata "Aku berempati dengan kondisimu, " tapi tidak menindak-lanjuti, itu sama saja tidak peduli. Ayub mengalami banyak malapetaka. Salah satunya, seluruh tubuhnya ada barah busuk, sangat gatal sehingga dia memakai sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya (ay. 8). Ayub yang semula sangat dihormati dan bisa bertemu banyak orang, sekarang terkucil. Ketiga sahabat Ayub yang mendengar bahwa Ayub ditimpa segala malapetaka, sepakat mendatanginya. Mereka menangis dengan suara nyaring karena tidak mengenalnya lagi (ay. 12). Mereka duduk bersama Ayub dan tidak bicara apa-apa selama tujuh hari tujuh malam, karena berempati dengan penderitaan Ayub yang sangat berat.

Saat kita berempati pada seseorang, jarak sejauh apa pun tidak menghalangi kita untuk mengasihi orang itu. Kita bukan hanya melihat dari jauh lewat media sosial, atau menulis lewat chat "aku mengasihimu", kita datang dan turut merasakan emosinya secara langsung. Belas kasihan secara langsung itu penting. --RTG/www.renunganharian.net


SAAT KITA BEREMPATI KEPADA SESEORANG, KITA TERDORONG MENGAMBIL TINDAKAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media