KESAKSIAN DALAM KERAMAHAN

Baca: EFESUS 4:17–32


Bacaan tahunan: Hakim-hakim 20–21

"Suasana seperti ini yang menjadi salah satu alasan saya memutuskan menjadi Kristen sewaktu muda dulu," ujar seorang nenek ketika kami duduk bersebelahan saat melayat. Ia mengaku terpesona akan keramahan, kebersamaan dan kepedulian jemaat kepada keluarga yang tengah berduka. Ia merasakan vibrasi yang positif, yakni perasaan dikasihi dan dihargai.

Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk bersikap ramah, penuh kasih dan pengampun. Hal yang demikian ditekankan mengingat mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang telah dikuduskan dan dikasihi Allah. Menerima kasih Allah haruslah mendorong umat rindu menyatakan kasih yang serupa kepada sesama. Bukan hanya berhenti melakukan hal jahat, mereka harus dapat melakukan yang baik kepada semua orang. Dengan demikian mereka saling mendukung dan membangun dalam kehidupan bersama, serta bersaksi bagi mereka yang belum mengenal Dia.

Keramahan sering dipandang remeh. Padahal, keramahan dapat menjadi pintu kesaksian. Keramahan dapat membuat seseorang merasa diperhatikan, dipedulikan dan diterima keberadaannya. Keramahan juga dapat menjadi tanda adanya pengampunan atas kesalahan. Keramahan dapat membangun suasana serta menularkan energi positif. Kiranya pengudusan dari Allah atas diri kita membuahkan kasih yang nyata, yang salah satunya terwujud melalui sikap yang ramah. Keramahan yang tulus, yang dilakukan dalam kerinduan untuk menyaksikan kasih Allah. Bukan kamuflase atau manipulasi yang dilakukan dalam rangka mencari keuntungan terselubung.
-EBL/www.renunganharian.net


TAK PERLU BERTERIAK UNTUK MENYATAKAN KASIH DEMI MENYAKSIKAN INJIL ALLAH. KITA CUKUP MELAKUKANNYA SAJA DALAM TINDAKAN NYATA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media