MASIH MENYALA

Baca: MARKUS 5:25-34


Bacaan tahunan: Lukas 19-20

Pada zamannya, Nelson Mandela merindukan perubahan di negerinya. Yakni penghapusan sistem politik apartheid yang mendiskriminasi dan menindas kaum kulit hitam secara luar biasa di Afrika Selatan. Seiring dengan itu, ia memperjuangkan pula pemilihan umum "satu orang satu suara" bagi semua warga. Nyatanya, malah dirinya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun, tahun-tahun ia menjalani hukuman itu tak membuat kerinduan dan pengharapannya pupus. Setelah 27 tahun, ia dibebaskan dan mulailah perjuangannya menampakkan hasil. Mandela menyebutnya, "Jalan panjang menuju kebebasan."

Waktu 12 tahun menjalani sakit perdarahan bukan kurun waktu yang singkat (ay. 25). Terkucil dari semua ritual keagamaan karena dianggap cemar (najis). Berobat ke tabib mana saja tak memberi hasil. Semua harta sudah dipertaruhkan. Nihil. Tetap saja darah meleleh. Malah semakin hari semakin memburuk saja (ay. 26). Namun, yang mengejutkan ialah penderitanya tidak berhenti berpengharapan. Waktu 12 tahun tanpa menyaksikan perubahan apa-apa tidak memadamkan pengharapannya! Ketika berjumpa Yesus, dirinya masih berpikir tentang kesembuhan. "Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh," bisiknya lirih (ay. 28). Itulah yang Yesus sebut sebagai iman (ay. 34).

Menghadapi tantangan hidup dalam kurun waktu panjang sungguh tak mudah. Bisa-bisa semua mimpi sirna dibunuh oleh rasa jenuh, semua keinginan akan perbaikan keadaan pun lenyap. Rasa lelah menguasai. Kita cenderung menjadi apatis. Semangat berjuang pergi tanpa jejak. Justru di sinilah iman berperan. Iman itu percaya jikalau Tuhan berkehendak, kapan pun selalu masih ada alternatif. Iman membuat pengharapan dalam hati kita masih tetap menyala.
–PAD/www.renunganharian.net


TUHAN PUNYA PERHITUNGAN WAKTU YANG TERBAIK, DIA TAK PERNAH TERLAMBAT


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media