SEBATAS KATA-KATA

Baca: 1 SAMUEL 23:29-24:22


Bacaan tahunan: 2 Raja-raja 9-10

Ketika menyadari telah bersalah kepada seseorang, sebagian orang menunjukkan penyesalannya dengan meminta maaf. Ada juga yang menyatakan rasa bersalahnya dengan menangis. Namun mengaku bersalah dengan menangis bukanlah jaminan bahwa ia tulus melakukannya. Sebagian orang melakukannya karena terpaksa. Ada juga yang berbuat drama alias bersandiwara. Ada juga hanya karena emosi sesaat. Kisah Saul adalah contohnya.

Raja Saul terus-menerus berusaha membunuh Daud. Sebaliknya, Daud sangat menghormati Saul karena ia pernah diurapi Tuhan. Ketika Saul lengah, Daud berkesempatan membunuh Saul, namun tidak dilakukannya. Ia memotong bagian jubah Saul diam-diam, untuk membuktikan bahwa jika Daud mau, ia dapat membunuhnya. Menyadari hal itu, Saul tersentak. Malu, sekaligus sedih. Ia menangis dengan suara nyaring. Ia mengakui bahwa Daud lebih benar darinya. Ia tahu bahwa Daud membalas kejahatannya dengan kebaikan. Ia bahkan menerima fakta bahwa Daud pasti akan menjadi raja Israel. Setelah semua pernyataan itu, Saul pulang ke rumahnya. Namun ternyata, semua pengakuan itu hanya sebatas kata-kata. Tidak lama kemudian, Saul mengerahkan ribuan pasukan untuk mencari Daud (1Sam. 26:2). Hingga matinya, ia tetap menganggap Daud sebagai musuhnya.

Melakukan kesalahan adalah hal wajar. Namun saat kita menyadarinya, hendaknya kita mengakuinya dengan tulus. Jangan sebatas perkataan. Namun ditunjukkan dengan perubahan perilaku. Begitu jugalah dalam hal pertobatan kita kepada Tuhan. --HT/www.renunganharian.net


PERTOBATAN SEJATI TIDAK CUKUP DENGAN KATA-KATA DAN TANGISAN, NAMUN DIBARENGI PERUBAHAN PERILAKU TANDA KETAATAN PADA TUHAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media