MENJADI SATU DAGING

Baca: Efesus 5:22-33


Bacaan tahunan: Mazmur 23-30

Sejak resmi membentuk keluarga baru, saya dan istri berusaha untuk hidup mandiri dan berjuang bersama-sama. Kami menikmati setiap proses kehidupan sebagai keluarga muda, dalam anugerah Tuhan hingga saat ini ketika usia pernikahan kami memasuki tahun ketujuh. Kami pun semakin memahami arti "menjadi satu daging" sebagaimana diajarkan oleh firman Tuhan. Kebenaran yang telah kami pelajari sejak mengikuti kelas persiapan pernikahan.

Frasa "menjadi satu daging" lebih dari sekadar hidup tidak seatap dengan orang tua. Ungkapan tersebut setidaknya mengandung dua makna: Pertama, dimulainya fase hidup dalam kemandirian sebagai suami istri, baik dalam mengelola keuangan, menyelesaikan masalah, termasuk dalam pengambilan keputusan. Kedua, semangat untuk berjuang bersama pasangan dalam segala keadaan, seperti janji yang diucapkan saat pemberkatan pernikahan. Kesepakatan menjadi kata kunci dalam menjalani kedua hal di atas. Hanya dalam kesepakatan, pasangan tak hanya dapat menanggung segala sesuatu, tetapi juga membuka kesempatan bagi Tuhan untuk bekerja dengan kuat.

Perintah untuk "menjadi satu daging" tidak hanya berlaku pada permulaan pernikahan, tetapi berlaku selama pernikahan itu berlangsung, hingga maut memisahkan (bdk. Mat. 19:6). Masihkah semangat kemandirian, berjuang bersama, dan kesepakatan ada dalam keluarga kita? Atau sebaliknya, seiring berjalannya waktu kita mendapati bahwa hal-hal mulia yang menjadi tujuan awal Tuhan membangun keluarga tersebut telah memudar dan kita abaikan? Semoga tidak! --GHJ/www.renunganharian.net


KEMANDIRIAN DALAM PERNIKAHAN BERARTI BERGANTUNG DAN BERSERAH PENUH KEPADA TUHAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media