BERPUSAT PADA SIAPA?

Baca: DANIEL 4


Bacaan tahunan: Keluaran 25-27

Merasa puas terhadap diri sendiri atau mengagumi karya dan pekerjaan sendiri adalah hal yang wajar. Artinya, kita mengapresiasi potensi, kemampuan, karya, serta kualitas diri kita. Namun, jika tidak waspada, sikap ini bisa berbahaya. Kita bisa tergelincir pada kecenderungan mengidolakan diri sendiri, menilainya melampaui yang seharusnya. Akhirnya, kita mempertuhankan diri sendiri.

Sikap ini tergambar dalam diri Nebukadnezar. Sebagai raja dari negeri Babel yang saat itu paling berkuasa di bumi, ia tentunya bangga terhadap dirinya. Ia telah menaklukkan raja-raja beserta negeri mereka. Semua tunduk di bawah kuasanya. Ia pun membangun istana yang megah bagi dirinya. Lalu suatu kali, saat ia berada di atas istananya, ia memandangi kebesaran negerinya dengan takjub. Ia pun memuja dirinya. Mengira ia begitu hebat, mulia, dan agung. Ia beranggapan bahwa semua pencapaian itu adalah karena jasanya sendiri. Dan semua itu bertujuan untuk kemuliaan dirinya. Ia merasa dirinyalah pusat segala sesuatu.

Lalu saat itu juga Allah Yang Maha Tinggi menunjukkan bahwa Nebukadnezar hanyalah manusia biasa. Tidak berdaya. Rapuh. Rentan. Bahkan, untuk sementara waktu, ia hidup tak ubahnya seperti hewan. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya hanya Allah sajalah yang layak menjadi pusat penyembahan kita. Dialah yang sungguh hebat, kekal, dan berkuasa. Dialah sumber dari segala yang kita miliki. Karenanya, Dialah yang seharusnya menjadi pusat pemujaan kita. Sehebat apa pun keberadaan serta pencapaian kita, sepantasnyalah kita merendahkan diri di hadapan-Nya dengan penuh syukur dan hormat.
-HT/www.renunganharian.net


SAAT KITA MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN TUHAN, DIA SENDIRILAH YANG AKAN MENINGGIKAN KITA; BEGITU PULA SEBALIKNYA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media