KEHENINGAN HATI

Baca: 1 PETRUS 4:7


Bacaan tahunan: Yehezkiel 21-22

Dalam doa-doa, kita melakukan banyak hal: menaikkan syukur, menghaturkan pujian, memanjatkan permohonan, juga curhat dan berkeluh-kesah. Namun, berdoa adalah berdialog dengan Tuhan. Maka, kita juga perlu mendengarkan suara Tuhan. Henry Nouwen bahkan berkata, berdoa itu terutama adalah mendengarkan suara Tuhan.

Namun, seperti dunia di sekitar kita, hati kita-tiap waktu, sepanjang hayat-dipenuhi pelbagai pikiran, perasaan, hasrat, kecenderungan, kepentingan, keinginan, penolakan, keterikatan, pengingkaran, dll. yang desak-mendesak, tarik-menarik, berebut dominasi atas diri kita. Tidak ada korban berdarah-darah di dalam sana, tetapi hiruk-pikuk kekisruhan di sana tidak kalah gemuruh dibandingkan dunia yang terhampar di hadapan kita.

Oleh karena itulah Rasul Petrus berpesan, "Kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." Mengapa demikian? Karena pada akhirnya bukan situasi di luar, melainkan hati kitalah yang menentukan. Sunyi dan hening suasana di luar tidak memberi kita jaminan untuk mendengarkan suara Tuhan selama hati kita gemuruh oleh pelbagai hal yang berebut dominasi atas diri kita. Ketika kita hendak mendengarkan suara Tuhan, yang kita perlukan adalah keheningan hati, agar hanya suara Tuhanlah yang kita dengar.

Firman Tuhan sungguh benar. Kala keheningan dan keteduhan menguasai hati serta pikiran kita, ketika itulah kita siap untuk mendengarkan dan menerima pesan Tuhan atas diri kita, atas tiap pertanyaan dan pergumulan kita, bahkan atas segalanya.
-EE/www.renunganharian.net


KITA MEMERLUKAN KEHENINGAN HATI AGAR HANYA SUARA TUHANLAH YANG KITA DENGAR


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media